Tuesday, September 15, 2009

Ekologi dan Kesehatan dalam Pandangan Ilmuwan Muslim

Para ilmuwan Muslim di era Kekhalifahan sudah menaruh perhatian yang begitu mendalam terhadap ekologi dan kesehatan. Cendekiawan Islam pada zaman itu berpikir bahwa perubahan ekologi bisa berdampak terhadap kesehatan manusia. Para dokter Muslim di masa kejayaan peradaban Islam telah melakukan kajian mengenai polusi lingkungan yang menyebabkan berbagai penyakit.

Beberapa ilmuwan Muslim di zaman keemasan Islam yang telah mengkaji hubungan antara ekologi dan kesehatan itu antara lain:

Al- Kindi
Pada abad ke-9 M, ilmuwan Muslim bernama Ya'qub ibnu Ishaq al-Kindi telah berhasil menulis risalah tentang cara-cara mengatasi polusi udara agar tak berbahaya bagi kesehatan manusia. Al-Kindi menulis risalah tentang bahaya polusi udara terhadap kesehatan itu bersumber dari buku Sabian atau pengetahuan sekte Mandaean yang merupakan keturunan dari para pemuja bintang di Babilonia. Selain itu, sumber risalah Al-Kindi juga berasal dari buku-buku India.

Qusta ibnu Luqa
Qusta ibnu Luqa dikenal sebagai salah seorang penerjemah dan penulis buku terkemuka di abad ke-10 M. Salah satu karyanya yang terkait dengan isu lingkungan adalah risalah tentang penyakit menular. Ibnu Luqa mengungkapkan, penyakit menular berpindah dari tubuh yang sakit ke tubuh yang sehat. Sedangkan penularannya melalui berbagai macam cara antara lain, melalui udara di sekitar penderita dan melalui infeksi.

Dalam risalahnya, dia juga menerangkan hubungan antara penyakit menular dengan polusi lingkungan. Polusi yang berasal dari bumi antara lain; uap dari hutan dan rawa-rawa, asap dari gunung berapi, dan asap dari jenazah yang dibakar. Lingkungan yang banyak polusinya membuat penyakit menular bisa menular dengan lebih cepat.

Ia juga mengungkapkan, faktor ekstrem dari langit juga bisa membuat orang-orang menjadi mudah sakit, antara lain; panas yang sangat ekstriem pada musim panas dan dingin yang sangat ekstrim pada musim dingin. Dalam cuaca yang sangat ekstrem, papar Ibnu Luqa, kekebalan tubuh manusia cenderung menurun.

Salah satu karya besar yang ditulis Ibnu Luqa adalah buku pedoman kesehatan bagi para jamaah haji yang berjudul Medical Regime for the Pilgrims to Mecca. Buku tersebut berisi petunjuk kesehatan bagi para jamaah haji yang akan menghadapi lingkungan ekstrem di kota Makkah.

Beberapa bab dalam buku tersebut juga berisi tentang kaitan antara lingkungan dengan penyakit diantaranya: Pada bab empat, Ibnu Luqa membahas tentang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh hembusan angin yang berbeda-beda. Selain itu, pada bab enam, ia juga memaparkan tentang batuk dan pilek yang disebabkan oleh perubahan cuaca dan bagaimana cara menyembuhkannya.

Pada bab ketujuh, Ibnu Luqa juga mengkaji tentang penyakit mata yang disebabkan oleh debu dan angin serta cara menanganinya. Dalam bab kedelapan, sang ilmuwan membahas tentang pengujian tentang berbagai macam air untuk mencari tahu jenis air yang terbaik. Pada bab selanjutnya, Ibnu Luqa memaparkan cara memperbaiki air yang telah terkontaminasi.

Al-Razi
Ilmuwan Muslim lainnya yang mengkaji hubungan antara ekologi dengan kesehatan adalah al-Razi. Sang ilmuwan dikenal sangat peduli dengan berbagai macam kejadian alam. Dalam karyanya yang berjudul Types of Water, al-Kindi mengkaji masalah air dari berbagai macam sudut pandang baik secara medis maupun geologis. Dalam karya itu, dia mengutip beberapa tulisan dari Ibnu Masawaih, Ali ibnu Raban at-Tabari dan Hunain ibnu Ishaq.

Sedangkan dalam risalahnya yang berjudul Epistle on Chronic Coryza at the Bloom of the Roses, al-Razi enggambarkan bagaimana efek debu serbuk sari pada bunga dapat menyebabkan gangguan terhadap saluran pernafasan manusia. Al-Razi juga dikenal sebagai seorang ilmuwan Muslim yang berpikir bebas dan terbebas dari segala macam dogmatisme.

Al-Tamimi

Buku al-Tamimi mengenai hubungan antara ekologi dengan lingkungan bisa dibilang cukup lengkap pada abad ke-10 M. Al-Tamimi membuat buku secara berseri, buku tersebut diklasifikasikan sebagai berikut: Pertama, berbagai macam tipe polusi udara di negara-negara Islam dan hubungannya dengan kondisi geografi.

Kedua, tentang berbagai macam penyakit akibat polusi udara dan berbagai macam infeksi alami. Ketiga, tentang prosedur hieginisasi lingkungan ketika epidemi penyakit terjadi. Keempat tentang cara mengatasi polusi air. Kelima, cara merawat air di kolam dan berbagai macam polusinya.

Keenam, obat untuk menguatkan ketahanan tubuh. Ketujuh, tentang penggunaan wewangian, musik dan terapi psikologi guna meningkatkan kekebalan tubuh dari infeksi. Kedelapan, al-Tamimi juga membahas ciri-ciri cacar dan campak serta cara mengobatinya. Kesembilan, sang dokter juga membahas tentang obat-obatan bagi penderita masuk angin.

Selain buku tersebut, dia juga menulis buku tentang jus asam dan acar untuk mencegah penyakit , buku berisi metode untuk memperbaiki tingkat kualitas udara, dan meningkatkan ketahan tubuh dari penyakit.

Abu Sahl al-Masihi
Al-Masihi merupakan seorang ilmuwan yang terkenal karena keteraturan dan kejelasannya dalam menyusun sebuah karya. Dia mengklasifikasikan penyakit berdasarkan penyebabnya dan menentukan cara penyembuhannya berdasarkan tipe penyakitnya termasuk, jadwal pemberiaan obatnya dan alasannya.

Risalah al-Masihi dibagi menjadi empat seksi antara lain: Pentingnya udara untuk kehidupan, perubahan komposisi isi udara dan dampaknya terhadap kesehatan tubuh, cara epidemi menjangkiti tubuh dan pencegahan dan penyembuhan menurut tipe-tipe epidemi penyakit.

Dalam seksi kedua risalah tersebut, al-Masihi menjelaskan perbedaan antara penyakit endemik (al-amrad al-biladiyyah), penyakit epidemik (al-waba‘), juga penyakit akibat bencana (al-muwatan). Beberapa sebab epidemik antara lain tingkat kelembaban dan kepanasan suhu di udara yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi normal selama setahun, udara kering yang berlebihan, udara tidak normal, juga bencana alam.

Ibnu Sina
Beberapa karya Ibnu Sina yang terkait antara ekologi dan kesehatan antara lain, proses pelapukan, tipe udara termasuk kualitasnya dan cara perawatannya, penyakit-penyakit yang disebabkan udara yang tidak murni, serta cara mendesain rumah dan pemilihan lokasi rumah berdasarkan kesehatan.

Selain itu, sang dokter agung itu juga membahas tentang kualitas makanan dan dampaknya terhadap kesehatan, binatang-binatang yang menimbulkan polusi dan penyakit.Ia juga menyebutkan tanda-tanda alam yang menunjukkan bakal munculnya wabah atau bencana antara lain, tikus dan binatang-binatang di dalam tanah keluar ke permukaanan. Ini merupakan fenomena alam yang disebutkan oleh Ibn sina untuk pertama kalinya.

Konservasi Lingkungan dalam Pandangan Islam

Seorang Enviromentalis modern bernama Mawil Y Izzi Deen menegaskan, melestarikan lingkungan sebagai bagian dari ekologi hukumnya wajib menurut ajaran Islam.

Asisten profesor Universitas King Abdul Aziz University, Jeddah, Saudi Arabia dalam esainya yang berjudul Islamic Environmental Ethics, Law, and Society, menuturkan, konservasi terhadap lingkungan harus dilakukan, sebab lingkungan merupakan ciptaan Allah SWT dan semua makhluk yang hidup di dalam lingkungan juga merupakan ciptaan-Nya.

Ajaran Islam mengajarkan bahwa alam semesta setiap waktu beribadah dan mengagungkan Allah SWT, termasuk dedaunan yang berdzikir. Bahkan di dalam Alquran sendiri tidak ada firman tertentu yang menyebutkan bahwa alam harus mengabdi kepada manusia. Karena alam sebenarnya mengabdi kepada Allah SWT, maka alam tidak boleh dirusak demi kepentingan manusia yang serakah.

Salah seorang limuwan Muslim pada abad pertengahan Ibn Taymiyah pernah menyatakan, "Dalam ayat-ayat Al Qur'an mengingatkan bahwa Allah SWT menciptakan alam untuk alasan yang lebih baik dari pada hanya melayani manusia. Ayat-ayat Al Qur'an juga hanya menerangkan keuntungan yang bisa diperoleh dari alam untuk kepentingan manusia.”

Dalam ekologi Islam, semua ciptaan di semesta alam ini milik Allah SWT dan bukan milik manusia. Sehingga jika ada yang berpikiran bahwa binatang dan tumbuhan diciptakan untuk dimiliki manusia itu tidak benar. Pemikiran bahwa binatang dan tumbuhan itu diciptakan hanya untuk keuntungan manusia semata mendorong terjadinya perusakan alam dan penggunaan hasil-hasil alam tidak sebagai mana mestinya.

Bahkan Islam juga mengajarkan umatnya untuk berbuat baik kepada alam baik kepada lingkungan, binatang, dan tumbuhan. Nabi Muhammad saw pernah bersabda siapapun yang berbuat baik kepada alam dengan hati yang tulus akan mendapatkan imbalan berupa pahala.

Sejak zaman Nabi Muhammad, Islam telah mengenalkan konsep hima yaitu sebuah zona tertentu untuk konservasi alam. Di dalam zona proteksi tersebut tidak boleh didirikan bangunan atau untuk membuat ladang. Hima digunakan untuk melindungi tumbuh-tumbuhan dan satwa liar. Konsep hima hingga saat ini masih digunakan di negara-negara Islam.

Jika lingkungan tidak dijaga bahkan dirusak, maka akan menimbulkan berbagai macam bencana dan penyakit. Saat ini terjadi banjir di mana-mana akibat penebangan liar yang dilakukan para manusia serakah demi kepentingannya sendiri.

Republika Online



Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment